Hal itu dipicu masalah sengketa tanah beserta rumah antara Aryuni dengan saudaranya sendiri, Taufik. Persoalan ini pun berbuntut aksi pengosongan rumah dengan memanggil preman yang dilakukan pada Selasa (13/11/2012) ini.
"Awalnya Minggu tanggal 11 November 2012, Aryuni melapor ke Polsek Matraman atas perbuatan tidak menyenangkan dan masuk ke pekarangan rumah orang terhadap Taufik. Itu masalah sengketa rumah turun temurun," ujar Kapolsek Matraman, Kompol Joko Santoso saat dihubungi Kompas.com, Selasa malam.
Dalam laporannya kepada Sentra Pelayanan Kepolisian Polsek Matraman, Aryuni menuding Taufik beserta belasan preman yang disewanya hendak melakukan pengosongan rumah yang dihuninya. Aryuni yang merasa memiliki rumah itu pun tidak bersedia keluar dari rumah ibu angkatnya itu.
"Sama pihak Taufik, Aryuni itu disuruh keluar. Tapi karena dia merasa memiliki rumah, dia enggak bersedia, akhirnya malah pagar rumah dikasih kaso kayu sama preman-preman itu," tuturnya.
Dijelaskan Joko, rumah itu pada awalnya milik pasangan suami istri atas nama Sophia dan Fatulah. Pasutri itu memiliki enam orang anak, salah satunya Taufik.
Setelah Sophia meninggal, Fatulah kemudian menikah dengan Nasiah. Namun, pernikahan itu tak mendapatkan anak. Oleh sebab itu, Nasiah mengangkat Aryuni sebagai anak.
Pihak Taufik melakukan pengosongan atas rumah dan lahan itu atas dasar surat bukti ahli waris ibunya. Sementara, Aryuni merasa memiliki rumah tersebut karena ibu angkatnya, Nasiah, diakuinya telah menghibahkan rumah itu kepada Aryuni.
Kini, kedua belah pihak dipanggil ke Markas Polres Jakarta Timur untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Sementara, sebanyak 15 petugas Polsek Matraman melakukan pengamanan di rumah tersebut untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
No comments:
Post a Comment